Pages - Menu

Kamis, 13 November 2014

PUISI-PUISI PENDEK (1997-1998)

Sudah lama gak posting, karena males nulis... ya sudah posting tulisan lama sajah


PULANG

Pintu pagar rumahku
Nampak sudah
Tapi jiwaku masih mengembara
Di kotamu

Hanya sebuah pengikat rambut
Yang kubawa pulang
Yang kuharapkan mampu
Mengikat jarak

Semoga

1997


ENGKAU SEKUNTUM BUNGA

Engkau sekuntum bunga di balik pagar
Yang melenggak-lenggok dicumbu angin
Awan hitam kelaraan mencoba mengusikmu
Namun kau tetap sekuntum bunga
Yang harumnya penuhi rongga dada

1997


LAGI ORANG MENCINTA

Lagi orang mencinta
Atas nama hidup yang dipertaruhkannya
Lagi orang mencinta
Atas nama Tuhan yang dipertaruhkannya
Lagi orang terhempas cinta
Kehilanggan hidup dan Tuhannya

1997


SENJA

Senja ini hujan tak turun
Burung geraja kepakan sayap
Lalu hinggap
Di hatiku

1998


NINA BOBO

Seorang ibu mendakap bayinya
Tidurlah anak, tidurlah sayang
Ia rapatkan tirai kasihnya
Mengusir setiapa desiran angin
Tidurlah anak, tidurlah sayang

Dan wabah yang menari-nari
Merenggut mati si anak bayi

1988


STANZA HUJAN BULAN NOVEMBER

Sebuah hujan, sebuah sungai
Hanyutkan darah
Sebuah hujan, sebuah darah
Hanyutkan mayat
Sebuah hujan, sebuah mayat
Hanyutkan air mata
Sebuah hujan, sebuah air mata
Dari ibunda yang terluka

1998


SEPI

Sepi datang
Seperti gelombang tanpa riak
Sepi datang
Seperti badai tanpa desir
Sepi datang
Menikam hati tanpa belati
Sepi datang
Menikam hari di bulan juni

1998

Minggu, 23 Desember 2012

Berburu Banjir Cikutra Barat


Sabtu, 22 Desember 2012, Kota bandung diguyur hujan deras sejak jam satu siang. Sebelumnya awan mendung nampak menggalyut di wilayah utara Bandung. Jalan Cukang Kawung tepat di perbatasan Kota dan kabupaten Bandung berubah menjadi aliran sungai.

Bagi saya, yang memang sedang berburu footage banjir untuk keperluan produksi film dokumenter “Bukit yang Terkelupas” hari itu menjadi momen yang tidak disia-siakan. Setelah mengambil beberapa gambar di Jalan Cukang Kawung, segera dengan sepeda motor, saya menuju Jalan Cikutra Barat yang jaraknya hanya beberapa ratus meter saja. Tepat di pertigaan jalan, kondisi Jalan Cikutra Barat telah berubah menjadi genangan dengan arus yang sangat deras, menuju pertigaan jalan Pahlawan depan Taman Makam Pahlawan yang memang merupakan daerah yang lebih rendah.

Banjir merubah jalan Cikutra Barat menjadi sungai
dengan arus yang sangat deras
Limpahan air tersebut berasal dari sungai kecil yang oleh penduduk setempat disebut Sungai Cikondang yang airnya meluber. Limpahan air keluar dari gang kecil di samping hotel Pratidina. Menurut penuturan Ibu Imas, pemilik warung di Gang Cikondang 2 Jalan Cikutra Barat, limpahan air tersebut berasal dari wilayah Dago Resort, yang karena alih fungsi lahan dari wilayah resapan Kawasan Bandung Utara yang telah berubah menjadi areal perumahan mewah.

Limpahan air keluar dari gang kecil disamping hotel Pratidina

Debit air sungai Cikondang yang meninggi setiap hujan deras
Derasnya arus sungai, telah mengakibatkan kecelakan pengendara roda dua yang nekat melawan banjir. Bahkan derasnya arus tersebut dapat menyeret sepeda motor yang terguling.
Pengendara motor yang berani mengambil resiko
Pada jam 5 sore, debit air sungai Cikondang mulai menurun. Kendaraan yang sebelumnya tertahan banjir mulai bergerak lagi. Bagi warga sekitar, meluapnya sungai Cikondang disaat banjir menjadi “episode horor” yang harus dirasakan saat hujan deras melanda Kawasan Bandung Utara (KBU). Hilangnya resapan air di wilayah KBU, telah manambah titik-titik genangan sebagaimana disampaikan oleh Dadan Ramdan, Direktur WALHI JABAR; “Banjir di Kota Bandung semakin meluas, kalau dulu ada sekitar 20 – 30 titik genangan sekarang sudah mencapai 60 titik genangan banjir. Dimana wilayah-wilayah yang dulunya tidak banjir sekarang menjadi banjir. Ini bukan semata-mata persoalan drainase yang buruk, tetapi persoalan limpasan air yang harusnya diserap oleh hutan di wilayah KBU, kemudian tidak mampu diserap”.